Review Jakarta Maghrib (2011)
Film omnibus selalu menarik perhatian saya. Maka, ketika melihat sinopsis film Jakarta Maghrib, saya tertarik untuk menonton lebih lanjut dan juga menulis review sotoy singkat.
Jakarta Maghrib adalah sebuah film omnibus karya Salman Arianto yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat di Jakarta ketika atau menjelang Maghrib, yang terbagi menjadi 6 segmen cerita:
Iman Cuma Ingin Nur
Menjelang Maghrib, Iman (Indra Birowo) pulang ke rumah dan mendapati istrinya, Nur (Widi Mulia) sedang berusaha menenangkan bayi mereka yang menangis. Setelah bayinya berhasil diam dan tertidur, mereka menginginkan waktu untuk berduaan. Tapi, ketika Maghrib tiba mereka mendapat gangguan dari ibu mertua alias ibunya si Nur. Iman yang kesal karena mertuanya ikut campur dalam kehidupan mereka, keluar rumah untuk mencari udara segar.
Segmen ini sangat kental dengan kehidupan sehari-hari masyarakat yang tinggal satu rumah dengan mertua. Pasti akan ada campur tangan dari mertua di kehidupan rumah tangganya dan berakhir kesel-keselan.
Adzan
Babeh (Sjafrial Arifin), begitu sapaan bagi lelaki tua yang berprofesi sebagai pedagang warung di depan masjid dan juga sebagai pekerja pembersih masjid. Setelah selesai bertugas membersihkan masjid, ketika menjelang Maghrib, datanglah preman mabuk, Baung (Asrul Dahlan) ke warung Babeh untuk membeli rokok. Dari sanalah terjadi percakapan tentang arti hidup antara Babeh dan Baung. Sepuluh menit sebelum Maghrib, saat bersiap-siap untuk adzan, Babeh tiba-tiba meninggal di hadapan Baung. Baung yang kaget dan bingung lalu menggantikan Babeh adzan di masjid. Mendengar ada suara orang yang adzan seperti setengah mabuk, masyarakat sekitar langsung mendatangi masjid.
Cerita ini cukup menyentuh dan membuat merinding saat di ending, walaupun dari plotnya biasa aja dan sudah ketebak.
Menunggu Aki
Di sebuah komplek perumahan, menjelang Maghrib, 5 orang yang saling tetanggaan (Ringgo Agus, Desta, Lukman Sardi, Fanny Fabriana, dan Lilis) berkumpul komplek untuk menunggu Aki. Meski tetanggaan, mereka ternyata tidak saling kenal dan hanya kenal muka saja. Meski tinggal berdekatan, mereka belum pernah saling mengobrol. Karena sama-sama menunggu Aki, akhirnya mereka saling berbincang. Dari obrolan ringan, hingga mereka masuk ke topik tentang saling mengeluhkan salah satu rumah yang cukup mengganggu ketenangan lingkungan. Namun, ketika salah satu orang mengajak yang lainnya untuk menegur pemilik rumah tersebut, mereka memilih untuk tidak ikut campur. Mereka lebih memilih masuk kembali ke rumah dan tidak jadi menunggu Aki hingga datang.
Cerita yang ini banyak menyentil masyarakat kota khususnya yang tinggal di komplek dalam hal bertetangga serta berkehidupan sehari-hari.
Cerita Si Ivan
Di sebuah rental Play Station, tiga orang anak sedang fokus dengan game yang dimainkannya. Kemudian datang seorang anak yang diketahui bernama Ivan (Aldo Tansani). Ivan ingin bermain juga, tapi karena tempatnya penuh jadi ia harus menunggu giliran. Bosan menunggu, Ivan dapat ide untuk bercerita horror agar anak-anak tersebut takut dan segera pulang jadi ia bisa main PS. Cara tersebut ternyata berhasil membuat mereka kabur. Tapi, karena termakan omongannya sendiri, Ivan juga ikutan ketakutan saat ia berjalan pulang ke rumah.
Mungkin pesan yang ingin disampaikan yaitu jangan menakut-nakuti orang lain kalau ga ingin keikut parno sendiri. Atau, jangan mudah percaya akan sesuatu. Atau lagi, jangan membiarkan anak-anak menonton atau mendengar cerita horror.
Jalan Pintas
Sepasang kekasih yang sudah berpacaran selama 7 tahun hendak menuju ke sebuah acara persiapan pernikahan salah seorang saudara. Mereka harus sudah sampai di tempat tujuan sebelum Maghrib tiba. Si lelaki (Reza Rahadian) memutuskan untuk lewat jalan pintas guna menghindari macet. Si perempuan (Adinia Wirasti) agak kurang setuju, tapi tetap mengikuti pacarnya. Sepanjang perjalanan mereka terlibat perdebatan. Hingga di akhir cerita, terungkap pula akhir dari hubungan mereka seperti apa.
Perbincangan dan perdebatan mereka mengalir begitu saja. Ada beberapa unek-unek dari orang perfilman yang diwakilkan oleh tokoh si lelaki.
Perbincangan dan perdebatan mereka mengalir begitu saja. Ada beberapa unek-unek dari orang perfilman yang diwakilkan oleh tokoh si lelaki.
Ba'da
Segmen terakhir ini bisa dibilang merupakan titik temu dari segmen-segmen sebelumnya. Segmen ini mengungkap bahwa tiap segmen saling terkait benang yang sama. Diawali dengan Iman yang keluar rumah karena sedang pusing, bertemu dengan tukang nasi goreng yang sedang membetulkan gerobaknya. Dialah Aki (Ki Daus). Ternyata ban gerobak Aki rusak sehingga tidak bisa lewat komplek perumahan yang bisa ia lewati. Tak lama, datang segerombolan orang-orang yang menuju masjid. Kemudian ada mobil lewat yang ternyata berisi perempuan sedang menangis. Lalu di ujung gang, ada seorang anak sedang jongkok ketakutan sehingga harus dijemput oleh ayahnya untuk pulang.
Berinteraksi secara langsung atau tidak, tokoh-tokoh yang ada di segmen-segmen sebelumnya bertemu di sini. Tiap tokoh memiliki cerita Maghrib-nya masing-masing.
Overall, saya suka film ini. Cukup relate dengan kehidupan kebanyakan orang sehari-hari. Ringan tapi lumayan berisi.
Overall, saya suka film ini. Cukup relate dengan kehidupan kebanyakan orang sehari-hari. Ringan tapi lumayan berisi.
No comments: