Hati-Hati Saat Tamasya ke Tahura

Di hari terakhir di tahun 2018, saya dan dua orang teman ceritanya ingin bertamasya ke beberapa tempat wisata di Bandung, yaitu Dago Dreampark, Taman Hutan Raya, dan Tebing Keraton. Rencana ingin berangkat pagi-pagi, tapi dari kawasan Dago Bawah kami baru berangkat pukul 09.00 dan jalan menuju Dago Atas dan Lembang sudah banyak mobil yang parkir di tengah jalan alias macet. Ga heran sih karena liburan akhir tahun sudah pasti macet banget. Bahkan untuk menuju ke hotel aja kami harus turun dari taxi online dan berjalan kaki. Oiya, akhirnya kami memutuskan ke Tahura aja dan ga jadi ke Dago Dreampark karena kemungkinan ga ada driver online yang mau angkut ke sana, macetnya itu lho yang ga tahan.

Sampai di hotel, kami menitip tas dulu di lobby. Sambil memantau zona mana yang sudah ga terlalu macet, kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sampai ke The Maj Apartment dari Hotel Puri Tomat yang berada di pinggir jalan Ir. H. Djuanda. Ya mending jalan kaki daripada stuck di mobil. Kurang lebih 1 km kami berjalan sampai ke pertigaan Dago Elos. Dari sana ingin melanjutkan dengan menggunakan taksi online, tapi ternyata ga ada yang mau angkut juga karena rata-rata driver jaraknya jauh dan terjebak macet. Kami pun jalan kaki lagi sampai ke Indomaret Dago Atas kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan ojek online. Hanya butuh waktu sekitar 5 menitan untuk sampai ke Tahura.

Untuk masuk ke Tahura dikenakan tarif sebesar 12 ribu, sudah termasuk jaminan asuransi dan juga dapat gelang Tahura.

Tahura Djuanda
gelang Tahura
Begitu masuk ke lokasi, yang kami temukan adalah pepohonan di kanan kiri. Ya iyalah namanya juga hutan. Menurut Wikipedia, Tahura ini luasnya mencapai 590 hektar. Wilayahnya membentang sampai ke Maribaya. Di sini ga cuma pepohonan aja, tapi juga ada macam-macam curug, goa peninggalan zaman Belanda dan Jepang, juga Tebing Keraton yang sebenernya masih masuk dalam wilayah Tahura.

Tahura Djuanda


Tahura sebenernya asik untuk hiking, pathnya udah bagus, adem juga tempatnya. Tapi sayang, kami ga sempet menjelajah jauh-jauh. Kami hanya sempat ke Goa Jepang aja yang lokasinya ga terlalu jauh dari pintu masuk. Dari pintu masuk nanti ada plang petunjuk jalan, ikuti aja arah ke Goa Jepang, agak turun dulu ke bawah lalu ikuti jalan ke kanan.

Tahura Djuanda

Nah, tentang Goa Jepang ini ada cerita yang cukup bikin kami agak kecewa dengan Tahura.

Singkat kata, kami tiba di depan Goa Jepang. Banyak orang-orang yang foto-foto di depan goa ini. Banyak juga yang tiba-tiba langsung kasih senter ke kami untuk dibawa masuk ke dalam goa. Kami kira ini sudah termasuk fasilitas di Tahura, jadi ya diambil aja senternya untuk dipakai di dalam. Padahal senternya nyalanya kecil dan ga begitu terang. Lalu ada juga mas-mas ikut berjalan masuk bareng kami dan mulai ngejelasin tentang sejarah Goa Jepang. Katanya memang harus pakai guide, supaya ga tersesat.

Tahura Djuanda
Goa Jepang
Ga sampai 5 menit kayanya, kami sudah berada di pintu keluar goa. Goa Jepang memiliki 4 pintu. Kami masuk dari pintu 1 dan keluar di pintu 3 atau 4 ya. Lalu setelah keluar dari pintu si mas guide nya langsung mematok bayaran. Harga untuk senter masing-masing dikenakan 5 ribu dan untuk guide sendiri 40 ribu. jadi, total masuk Goa Jepang 55 ribu. Sebenernya kami merasa tidak seimbang antara harga untuk guide dengan informasi yang kami dapat seputar goa. Jadi, kami merasa agak tertipu. Setelah kami perhatikan ternyata banyak orang-orang yang tidak menyewa senter dan juga memakai jasa guide waktu di pintu masuk.

Makanya hati-hati aja untuk yang mau berkunjung ke Goa Jepang. Ga usah sewa senter ga apa-apa karena bisa pakai senter dari handphone. Ga pakai guide juga ga apa-apa, karena goanya ga besar dan masih bisa mencari jalan keluarnya sendiri, ga banyak lorong di dalamnya.

Dengan perasaan agak kecewa, kami kembali lagi ke atas, ke arah kami datang. Karena sudah jam makan siang, kami istirahat dulu untuk sholat dan makan. Untuk mushola dan pedagang makanan ada di dekat Museum Ir. H. Djuanda. Hanya disediakan beberapa meja dan kursi untuk makan, sisanya bisa menggelar tikar sekalian piknik di bawah pepohonan.

Hari pun sudah semakin siang dan panas. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali lagi saja ke penginapan, ga jadi melanjutkan ke Tebing Keraton.

Alamat: Jl. Ir. H. Juanda No.99, Ciburial, Kec. Cimenyan, Bandung
Harga tiket masuk: 12 ribu

No comments:

Powered by Blogger.