Review Perempuan Tanah Jahanam (2019)

Perempuan Tanah Jahanam (Impetigore) adalah proyek film Joko Anwar yang ide ceritanya sudah dibuat sejak 10 tahun lalu.


Sinopsis

Setelah mengalami kejadian menegangkan dan tidak mengenakan saat sedang bekerja shift malam di pintu tol, Maya memutuskan untuk resign. Bersama dengan Dini, sahabatnya, mereka membuka toko pakaian di sebuah pasar. Namun, usaha mereka tidak berjalan dengan baik. Kemudian Maya mendapat info kemungkinan keluarganya masih meninggalkan warisan di desa tempat ia dulu lahir. Ditemani dengan Dini, mereka menuju Desa Harjosari dan mulai meyusuri tentang keluarganya dan juga desa tersebut. Sejak menjejakan kaki di Desa Harjosari, petualangan mereka pun dimulai.

Review

Perempuan Tanah Jahanam memang jahanam! Pernah ga sih setelah nonton sebuah film, muncul rasa puas, tetapi nagih kepingin nonton lagi? Ya, begitulah kira-kira rasanya efek setelah menonton film jahanam ini. Padahal udah nonton 2x tapi masih kerasa kurang dan pengen nonton lagi. Ada beberapa faktor yang membuat saya sangat suka dengan film ini.

Opening scene yang bikin lupa bernapas

Film dibuka dengan adegan di sebuah pintu tol. Dua orang penjaga tol, Maya dan Dini saling bercakap-cakap lewat telpon. Maya cukup parno berjaga malam karena hampir setiap malam ada seorang pengemudi aneh yang kerap memandanginya saat lewat pintu tol. Adegan mulai menegangkan saat si mobil tersebut lewat dan kembali memandangi Maya. Pengemudi tersebut memarkir mobilnya lalu kembali untuk bertanya-tanya sesuatu pada Maya. Maya hanya diam. Tanpa disangka pengemudi tesebut kembali ke mobilnya untuk mengambil sebuah parang.


Adegan selama kurang lebih 3 menit ini benar-benar keren, seru, menegangkan, bikin geregetan. Opening yang keren banget. Sensasinya sama kaya setelah  nonton short horror movie. Hanya beberapa menit, tapi intense. Diawali dengan dialog yang super asyik antara Maya dan Dini (chemistry Marissa Anita dan Tara Basro dapet banget), tiba-tiba suasananya berubah menjadi mencekam ketika mobil yang dibicarakan Maya lewat. Makin bikin tahan napas waktu si bapak-bapak mengeluarkan parang dan mulai mengejar Maya.

Dini Oh Dini

Saking sukanya dengan karakter Dini yang diperankan oleh Marissa Anita, saya sampai bingung sih harus berkomentar apa. Dini ini adalah sahabat Maya, tipe orang yang berpikirnya pragmatis atau ga berpikir panjang dalam mengambil keputusan, kalo ngomong ceplas-ceplos dan suaranya agak melengking wkwk, dan setia kawan banget. Entah kenapa ya kayanya setiap kata yang diucapkan Dini kocak gitu, selalu membawa angin segar meskipun setting tempatnya sedang di rumah tua atau kuburan. Setelah Dini ga muncul lagi, suasananya berubah jadi suram. Ya, karena plotnya sudah mulai memasuki inti juga.




Performance Marissa Anita di sini benar-benar wow. I can say she's like stealing the spotlight. Bagi yang biasa liat dia sebagai news anchor atau jurnalis pasti akan terkagum-kagum dan ga nyangka bisa acting sebagus itu. FYI, sebelum jadi jurnalis, Marissa Anita adalah aktor teater, jadi ya sudah matang ilmu aktingnya. Pantesan aja ya kan. Setelah liat dia sebagai Dini ini jadi makin terkagum-kagum karena karakter yang dimainkan di tiap film berbeda-beda. Dan semuanya bisa diperankan dengan kereeen.

Nyi Misni Menjemur

Waktu nonton saya terkejut dan tidak menyangka kalau jalan ceritanya akan sebegininya. Adegan Nyi Misni menjemur adalah titik awal perjahanaman dimulai. 


Nyi Misni diperankan oleh aktor legendaris Christine Hakim. Kemampuan aktingnya ya semua udah pada tau lah ya. Kebayang dong gimana jahanamnya Nyi Misni. Waktu baru muncul aja udah bikin merinding, auranya itu lho. Tapi tetep sih agak bingung dengan kemunculan Nyi Misni di ending, kenapa dia malah muncul lagi dan makan bayi padahal udah mati.

Mengangkat isu sosial dan kedudukan perempuan

"Din, pokoknya lo harus bantuin gue cari kosan baru. Masa tetangga-tetangga gue mulai rese, bilang gue pulang pagi gara-gara gue perek."

Itulah kata-kata yang diucapkan Maya ke Dini. Sering terjadi, perempuan yang pulang malam sudah dicap sebagai perempuan tidak baik. Padahal belum tentu kenyataannya seperti itu.

Ada juga adegan Ratih yang sempat ingin dilecehkan oleh seorang lelaki. Meskipun Ratih hanya seorang perempuan desa, tapi ia berani melawan dan mengancam balik. 

Dini yang setia kawan dan rela berkorban, serta Ratih yang mau membantu Maya menunjukkan bahwa sesama perempuan di sini saling menguatkan.


Perempuan Tanah Jahanam punya plot yang menurut saya cukup rapi. Walaupun waktu nonton pertama kali muncul beberapa pertanyaan dan hal-hal yang mengganjal. Itu karena belum paham betul. Tapi, setelah menonton yang kedua kali, baru deh bisa mencerna hampir keseluruhannya. Dan malah terasa lebih tegang karena lebih perhatiin detailnya.

Kemudian suasana di Desa Harjosari yang suram dan mencekam. Lokasinya benar-benar mendukung plotnya yang memang sudah jahanam dan suram.  Tapi, tenang film ini ga ada jumpscare. Kehorroran dan ketegangan dibangun oleh plot dan suasana.

No comments:

Powered by Blogger.