Mengejar Matahari di Negeri atas Awan, Dieng



"Selalu ada kali pertama untuk segala hal." kata sebuah kutipan. Begitu pun dengan cerita yang akan saya bagi di sini. Cerita tentang pertama kali berhasil mengejar matahari terbit alias sunrise, sekaligus cerita tentang pertama kali ikutan open trip sendirian. Terlebih tempat melihat sunrise-nya merupakan salah satu spot terbaik di Indonesia, yaitu Bukit Sikunir, Dieng.

Berburu Golden Sunrise

Pagi itu pukul setengah 4, saya dan rombongan open trip berangkat dari penginapan menuju Desa Sembungan yang merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa. Desa ini menjadi gerbang kami menuju Bukit Sikunir.

Sebelum mendaki Bukit Sikunir, kami diberikan penjelasan singkat oleh bapak pemandu. Misalnya ada berapa pos yang harus dilalui, jarak yang harus ditempuh, kondisi anak tangga, dan pilihan jalur yang harus diambil. 

Udara makin-makin terasa dingin di sini. Saya ga cek suhunya berapa sih, tapi udah pake jaket 3 lapis aja masih terasa dingin-dingin sejuk. Hah 3 lapis? Iya, ga salah kok 3 lapis. Karena emang saya ga kuat dingin. Sedikit tips nih buat yang ga kuat dingin juga, penting banget pake jaket berlapis-lapis, sarung tangan, kaus kaki, kupluk, dan syal atau masker. 

Sembari mendekapkan jaket supaya sedikit lebih terasa hangat, saya memulai langkah menuju jalur pendakian. Di kanan kiri masih terlihat jejeran toko oleh-oleh dan pedagang camilan serta minuman. Kalau yang mau isi tenaga sebelum mendaki bisa mampir dulu di sini. 

Jujur, baru di awal aja saya sudah lumayan ngos-ngosan. Sempat ingin minggir sebentar dan pesan makanan karena lapar juga kena udara dingin, tapi akhirnya ga jadi karena kalau kekenyangan bakal susah naik tangganya.

Satu per satu anak tangga saya pijak, ada jalur yang terjal ada yang landai. Karena semalamnya hujan, melangkahnya harus hati-hati sebab jalurnya jadi lebih licin. Ada sekitar 600 anak tangga yang harus didaki untuk menuju puncak. Kalau dihitung mungkin jarak keseluruhannya sekitar 1 km. Dan waktu tempuh yang biasa dilalui orang-orang adalah sekitar 30-45 menit. 

Beberapa kali saya berhenti untuk istirahat sejenak mengatur napas. Belum juga sampai pos 1, rasanya cukup capek dan ga yakin kuat sampai puncak. Dalam hati udah niat mau sampai pos 1 aja. Eh, tapi karena saya lihat peserta yang lainnya masih kuat dan bersemangat, tentu aja saya ga mau kalah dong. 

Akhirnya sedikit demi sedikit saya bisa melalui pos 1 dan pos 2. Yay! Tapi ada sedikit kesulitan saat dari pos 2 menuju pos 3, jalurnya udah bukan berupa anak tangga dilapisi potongan kayu atau bambu lagi. Jalurnya langsung tanah jadi cukup licin. 

Setelah mendaki dengan sedikit ngeri-ngeri sedap, akhirnya sampai juga deh di puncak. Begitu sampai di puncak, ternyata langitnya masih gelap. Saya pun bersiap mencari spot terbaik dan ternyaman untuk bisa mengabadikan momen golden sunrise

Perlahan semburat matahari mulai menyembul di antara awan-awan, dilatari dengan rentetan Pegunungan Sikunir. Akhirnya saya berhasil menyaksikan kemunculan Golden Sunrise-nya Negeri atas Awan, Dieng. 

Semua orang sibuk cekrak cekrek mengabadikan momen dan juga selfie, termasuk saya. Kapan lagi ya kan bisa disuguhi pemandangan indah seperti ini?

Bukit Sikunir





Awalnya ada rasa ragu mau ikut open trip ini, bukan apa-apa, tapi takut garing dan ga seru karena saya sendirian dan ga kenal siapa-siapa. Tapi ternyata di perjalanan ketemu kenalan-kenalan baru yang bisa diajak foto-foto seru. 



Menyaksikan sunrise di Bukit Sikunir memang menjadi highlight di trip ini. Tapi, kami juga mengunjungi tempat wisata lainnya di Dieng. Sebut saja Candi Arjuna, Kawah Sikidang, Dieng Theater, Telaga Warna, dan  Batu Pandang Ratapan Angin. 

Batu Pandang Ratapan Angin

Jadi, kalo ditanya gimana rasanya ikut open trip sendirian? Ternyata seru dan ga semenakutkan yang dibayangkan. 

No comments:

Powered by Blogger.